Sabtu, 06 November 2010
Rukman Putus Cinta Karena Dituduh Ikut "Skandal Senayan"
Mantan pemain Persib, Rukman punya berjuta kenangan saat dirinya menjadi salah satu andalan tim kebanggaan "Kota Kembang". Ia ikut andil bersama Persib ketika meraih juara Kompetisi Perserikatan 1961. Rukman yang ditemui di kediamannya di Jln. Sukagalih Gg. Pa Elah I RT 01/07 Kel. Cipedes Sukajadi Bandung menceritakan pengalaman karier sepabolanya.
Rukman lahir di Garut 3 Februari 1937. Rukman kecil tercatat sebagai manusia tercepat di Kabupaten Garut setelah meraih juara lari 100 meter tingkat SD. Pada 1953 dia menjuarai lari 100 meter, loncat tinggi dan jauh tingkat umum. Karena larinya cepat itu, dia dijuluki "Si Motor". Mengawali karier sepakbola sebagai pemain klub Pengairan Garut. Tiga tahun kemudian, masuk klub Persigar. Ia terpilih memperkuat PSSI Jabar saat melawan Taiwan di Stadion Siliwangi pada 1956. PSSI Jabar kalah, dan gol satu-satunya dicetak dia. PSSI Jabar saat itu diperkuat Wowo Sunaryo, Khaelani, dll. Penampilannya yang gemilang itu, membuat klub-klub di Bandung berniat merekrutnya. R. Ading Afandi pimpinan klub Ikatan Pelajar Indonesia (IPI) bisa memboyong Rukman pada 1957. Pada tahun yang sama dia masuk tim Jabar pada PON 1957 dan Persib junior. Baru pada 1958, dia masuk tim senior main bersama Wowo Sunaryo, Fatah Hidayat, Omo Suratmo, Witarsa. "Zaman dulu sangat sulit untuk masuk Persib. Kita harus punya prestasi yang cukup mencolok agar dapat bergabung bersama tim," ujar ayah dari lima anak dan kakek dari enam belas cucu ini.
Ketika Persib main melawan PSP di Padang pada Kompetisi Perserikatan, menang 3-1. Rukman mencetak dua gol. "Para pemain lawan belum mengetahui siapa saya, karakteristik permainan dan diposisi mana saya bermain. Alhasil saya bisa menyarangkan dua gol berkat para pemain lawan yang kebingungan," ujarnya sambil tertawa. Ternyata pertandingan PSP Padang kontra Persib disaksikan pelatih tim nasional Indonesia asal Yugoslavia Tony Poganic. Hal itu menjadi berkah bagi pemain bernomor punggung 7 ini. Usai melaksanakan pertandingan, Tony menghampiri Alm. R. Ading Affandi yang saat itu menjabat sebagai ofisial tim, meminta Rukman bergabung bersama timnas. Bersama timnas, Rukman tampil pada uji coba internasional melawan Kosta Rika, Army Club Uni Sovyet, Swedia yang semua pertandingannya digelar di lapangan Ikada Jakarta (saat ini daerah Monas). Rukman pun ikut diboyong Tony saat Timnas melakukan Tur Asia pada tahun 1962 dan masuk timnas Asian Games 1962.
Namun, saat itu muncul kasus yang menghebohkan "Skandal Senayan", yang melibatkan pemain dari Persib terlibat suap. Nama Rukman muncul di koran. Belakangan baru diketahui ada kesalahan, karena yang diduga terlibat adalah Rukma. "Mungkin karena namanya mirip. Kalau saya ada hurup 'n' terakhirnya," ujarnya sambil tertawa. Gara-gara salah nama di koran itu, membuat dia putus dengan pacarnya karena orang tua kekasihnya merasa malu anaknya pacaran dengan pemain yang mendapat suap. Belakangan, orang tua kekasihnya minta maaf karena tahu bukan Rukman yang terlibat "Skandal Senayan". Namun, karena sudah putus, dia tidak mau pacaran lagi gadis tersebut.
Pada tahun 1964, dia memiliki pengalaman pahit. Ketika final di Stadion Senayan Jakarta melawan Persija, mengalami cedera parah karena "dihajar" dua pemain Persija secara sengaja. Sebelum main, dia sudah mendapat firasat buruk. Apalagi koran lokal di Jakarta melakukan provokasi untuk bisa menang atas Persib, lakukan satu cara "Lumpuhkan Rukman". "Saya tidak bisa tenang. Saya ditemani Muharram (orang tua Nandar Iskandar/pelatih). Tempat tidur yang saya gunakan terjatuh," ujarnya. Firasat itu menjadi kenyataan. "Satu pemain melakukan tekel, satu lagi menginjak lutut kanan saya. Saya cedera parah, dan tidak bisa melanjutkan pertandingan. Persib kalah 0-1," tambah Rukman mengenang.
Ia hanya bisa pasrah dengan meratapi cederanya. Dokter Endang Witarsa memvonis Rukman istirahat setahun. Ia tidak putus asa dan berobat secara tradisional. Akhirnya dia berobat ke tukat pijat Mang Idi di Cikole Wanaraja Garut dan bisa sembuh dalam 3 bulan. Setelah itu, dia aktif kembali bermain bola. Uji coba melawan klub Angkasa di Bandung pada 1973, merupakan laga penutup karier Rukman bersama Persib. Ia tercatat sebagai pensiunan PNS Golongan II B. Masuk PNS berkat bantuan ketua Umum PSSI Pusat saat itu, Marsekal Kardono.
Setelah pensiun dari pemain, dia tidak meninggalkan dunia sepak bola. Ia sempat menjadi pelatih Persib junior yang saat itu dihuni beberapa bintang Persib seperti Asep Dayat, Dadang Kurnia, dan Fiator Ambarita. Ia ikut andil mencetak pemain-pemain berkualitas seperti Roy Darwis, Yadi Mulyadi, Kekey Zakaria, dan Nandang Kunaedi. Selama melatih pemain muda, Rukman selalu melakukan pendekatan. "Saya selalu menegaskan kepada anak-anak (pemain), di dalam lapangan pelatih adalah guru bagi pemain, sedangkan di luar lapangan pelatih adalah ayah bagi pemain," ujarnya. ***
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar